Minggu, 21 Juni 2009

Kecupan untuk terakhir kalinya...

Malam ini aku tak bisa tidur lagi "keluhku", padahal seharian ini rutinitasku padat dan aku capek hari ini, malam semakin larut, kesunyian malam mulai menyelimuti diriku, kupejamkan mata tapi masih tetap dalam keadaan setengah sadar. Aku harus tidur!! "pikirku". akhirnya suara kesunyian dan suasana malam yang sudah tidak asing lagi ditelingaku terdengar samar dan aku mulai dikuasai rasa kantukku. Kriinnnnnggggg......... Suara nyaring dari ponsel membuatku terbangun, Uh!! siapa? "pikirku".. kalo cuma miscall iseng dari temanku, aku akan marah dan akan kumatikan ponsel "kesalku". tapi ternyata bukan, karena no nya adalah no ponsel flexi tanteku. ada apa pagi-pagi buta begini?, karena jam dinding menunjukkan pukul 03:00 pagi. kuangkat telpon itu, Neng, ini mang yayan. ini neng mang yayan mau kasih tau (dengan suara yang terdengar sangat pelan dan sedikit aneh, "pikirku"). Iya Mang yayan? (tanyaku dengan sedikit penasaran). Ini Enin, kasih tau mama sama bapak. harus secepatnya kesini semua, Enin udah repot. Ya allah.. (aku masih dalam keadaan yang masih belum connect segera memutuskan telepon dari pamanku dan memanggil kedua orang tuaku). Mam, Pap, bangun!! Enin Mam.. Mama segera bangkit dari tidurnya dan sedikit tersentak, kenapa enin? "serunya". Enin lagi repot Mam, kita harus cepat kesana, kami semua segera bergegas.

Dalam perjalanan pergi tak ada yang membuat hati kami ada sedikit saja firasat, hanya malam ini kusadari bentuk bulan tak terlihat sempurna, bulan itu berbentuk 1/4 sabit (bagiku setidaknya bulan malam ini terlihat indah). Sesampainya di rumah Enin, kulihat ada hal yang sebenarnya dari jauh hari, kami semua sudah bersiap dengan apa yang akan menjadi kehendakNya jadi kita semua akan berusaha tegar dan tidak menangis, tapi saat kulangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, hatiku terasa sangat menyakitkan, dan kemudian sekujur tubuhku tiba-tiba lemas, aku tertunduk menangis dan kusenderkan tubuhku pada tembok rumah. kulihat Mama dan juga yang lainnya ikut menangis dengan terus bergumam Innalillahi Wainna ilaihi Rojiun.
Enin!! Teriakku dengan suara nyaring tapi lemah, Enin!! tubuh ini terasa sangat lemas, Ya Allah, hatiku sangat sakit dan aku merasakan kehilangan yang sangat amat, aku tak bisa berdiri hanya bisa menangis dan bersujud, mencoba untuk memeluk dan kucium tangannya tapi air mataku tak bisa berhenti. Tidak, jangan menangis dan meneteskan air mata pada orang meninggal itu malah akan meninggalkan kesengsaraan bagi orang yang meninggal, dan aku hanya bisa menangis di sisinya sambil bersujud, aku sangat merasakan kehilangan yang luar biasa.Aku mencoba untuk menghentikan tangisku dan tidak histeris, aku masih mencoba menahan rasa histeris itu.sinar mentari akan segera terbit, sepertinya enin sudah harus dimandikan, tak akan kusia-siakan kesempatan di saat-saat terakhir ini.

Memandikan jenazah adalah pengalaman pertama bagiku, rasanya aneh,, memandikan seseorang yang sudah meninggal. apalagi ini adalah nenekku sendiri.. sangat tidak sulit saat memandikan beliau karena sebelum ajal menjemput beliau, beliau sudah dimandikan dan dibersihkan dengan baik oleh bibiku. (mungkin ini adalah suatu firasat). aku terdiam setelah memandikan beliau aku jadi malas untuk bersapa dengan para saudara yang datang mengunjungi. karena perasaanku sedikit kacau balau dan campur aduk. saatku melamun aku mendengar sedikit obrolan dari bibiku yang sampai akhir hayat nenekku masih terus mengurusnya. kudengar pada saat enin meninggal, tak ada yang tahu beliau sudah meninggal. bahkan kakekku yang selama 2 bulan ini tidak pernah nyenyak tidurnyapun tak sadar jika nenekku sudah meninggal, hanya saja pada saat itu nenekku sudah ditemukan meninggal sekitar pukul 2 pagi, saat kakekku akan sholat malam. (Ya Allah.. betapa engkau mempermudah Enin, saat beliau dalam keadaan sakaratul maut sampai tidak membangunkan dan menyusahkan kami keluarganya, inikah bentuk KeagunganMu ya Allah..).

Kuingat kembali sekilas saat-saat nenekku masih sakit di rumah sakit dan saat aku beberapa kali pernah menengoknya, Tak pernah seingatku beliau mengatakan bahwa beliau merasakan sakit, beliau selalu ingin membuat kami berpikir bahwa beliau tidak apa-apa dan sudah sembuh. aku kembali meneteskan air mataku dan merasa malu pada diriku sendiri, aku tau penyakit yang diderita beliau adalah komplikasi jantung dan ginjal, pasti rasanya sangat luar biasa menyakitkan dan akan membuat setiap orang yang mengalaminya akan terus meraung-raung kesakitan, tapi beliau tak pernah mengeluh akan kesakitannya, beda sekali dengan aku yang jika ada satu nyamuk yang menggigitku aku akan teriak dan selalu mencaci, Nyamuk kurang ajar, ga disekolahin apa??!!!.

Tetesan air mata ini sangat perih dihatiku. Ya allah, memang ini sudah saatnya bagi beliau, dan Engkau selalu memberikan yang terbaik bagi ummatmu. Engkau ambil enin agar penderitaan beliau akan sakitnya cepat berakhir, Engkau selalu Maha Mengetahui akan segalanya.
Ris, “sapa bibiku”. Aku kembali tersadar dari lamunanku, ris mau ikut nyolatin? Iya aku ikut, sekali lagi tak akan kulewatkan begitu saja hari terakhir ini untuk nenekku.kami sangat khusyu saat menyolatkannya walaupun aku masih sedikit linglung.

Aku mulai melamun lagi, kuingat satu persatu pepatah beliau saat beliau masih sangat sehat, aku teringat saat aku sedang sibuk dengan kuliahku dan kehidupannku sendiri enin selalu menanyakan dan menasehatiku mengenai jodoh (aku selalu merasa tersinggung dan kesal, karena kenapa masih harus ikut-ikutan memikirkan jodohku?, aku sudah besar dan itu Privasiku. lagian kuliahku belum kelar, (selalu kuanggap pertanyaan enin itu adalah suatu tekanan bagiku) padahal beliau mungkin tak pernah berpikir begitu, namanya juga orang tua pasti selalu ingin semua keluarganya bahagia apalagi aku cucu perempuan terbesar mungkin nenekku ingin melihatku bahagia. Aku selalu melarikan diriku jika aku merasa seseorang sudah menyinggungku, karena kupikir lebih baik pergi daripada membatin (hehehe ^_^”). Aku menyesal sekali saat aku selalu melarikan diri dari beliau, andai aku tidak bodoh akan kuajak enin untuk mengobrol lebih lama dan kuajak bergurau agar kerutan - kerutan di wajahnya sedikit berkurang. dasar bodoh!! "lamunku".

Tapi jika kuingat saat-saat mengharukan dan menurut keluargaku adalah salah satu titik kebanggaan beliau, yaitu saat aku wisuda. aku ikut menggiring Enin(nenek) dan Aki (kakek) untuk mengantarku, pada saat itu enin menyaksikan wisudaku, beliau melihatku di layar TV besar saat aku dinobatkan sebagai Sarjana Ekonomi. saat prosesi wisuda selesai, kulihat beliau memandangku dan kurasakan perasaan bangga itu dari beliau karena kelulusanku. Tak kulewatkan kesempatanku untuk berphoto dengan beliau dan alhamdulillah photo itu sempat aku perlihatkan sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya (hhmm.. Penting??!!).
Sinar mentari sudah mulai naik keatas, Enin sudah harus disemayamkan, kami sekeluarga memutuskan untuk menyemayamkannya di Garut dan pukul delapan kita sudah harus berangkat. Saat itu jenazah enin sudah dibalut kain kafan, dan ketika kain kafan yang menutupi wajahnya akan segera diikat, semua keluarga berkumpul dan untuk terakhir kalinya melihat wajah beliau, seseorang yang sangat mulia, seseorang yang yang sangat kami sayangi, seseorang dari Istri, Ibu, Nenek dan buyut bagi kami. Kemudian satu persatu dari kami mengecup wajahnya untuk terakhir kalinya..

Selamat Tingal Enin..
I Love U...



In memoriam Siti Aminah binti Maksum
18/06/2009


Tidak ada komentar: