Di suatu sore yang aku pikir bukan sore yang buruk. aku merasa hari itu tak ada yang salah dengan diriku, kecuali salahku paginya aku belum sempat mencuci pakaian kotorku yang numpuk berhari-hari. saat itu dimintai tolong untuk memesankan makanan untuk teman satu timku yang kelaparan, aku memutuskan untuk membelikannya nasi goreng aceh saja.
Seperti biasa tukang nasi goreng itu suka genit-genit ga penting. tapi aku ga begitu memperdulikannya dan tetap bersikap ramah dan sewajarnya. sambil menunggu nasi goreng yang kupesan aku berdiri sambil melihat tukang nasi goreng itu mulai meracik bumbunya, dan saat itu ada seorang pengemis kecil dan ibunya meminta-minta, secara refleks aku memberikan uang recehku padanya, ketika itu juga tulang nasi goreng super genit itu sedikit menceramahiku.
Lumayan kaget juga, ga disangka apa yang dia katakan sedikit membuatku tersinggung. Dia bilang "buat apa aku memberi mereka sedekah, kenapa ga kasih sedekah sama orang yang jelas memang membutuhkan". yang dimaksud tukang nasi goreng itu adalah kotak amal yang dia taro di atas meja makannya. aku tidak membalas apa yang dia omongkan sedikit berbicara dan banyak tersenyum kupikir. agar tukang nasi goreng itu kekesalannya tidak meninggi. aku hanya bilang tadi saya memberi secara reflek, ada yang minta sedekah saya reflek memberi, kembali saya tersenyum pada tukang nasi goreng, dia bilang, oh tadi reflek ya?? tapi dia bilang, lain kali kalau mau kasih dipikir dulu. kasih ke siapa dan jelas. aku pikir dalam hati, seperti yang aku tahu kita ngasih untuk siapa itu kan terserah kita soal yang dikasih itu akan menjadi mudharat ataupun tidak yang jelas saya ngasih saja. saya memang tidak berfikir seperti yang tukang nasi goreng itu fikir. dia berfikir sampai dengan penghasilan yang didapatkan pengemis itu jauh lebih besar dari yang aku sendiri dapatkan jadi menurutnya jika aku memberi mereka uang sama saja aku mendukung pekerjaan mereka untuk menjadi pengemis, tapi dalam hatiku aku tak pernah berfikir sejauh itu sampai saat tadi. karena niatku hanya memberi itu saja. Lantas saya menjadi seseorang yang salah jika berfikir demikian?? saya pun menjadi semakin tidak mengerti. tapi semenjak hari itu, mungkin apa yang dikatakan tukang nasi goreng itu ada benarnya. jadi saya sedikit harus lebih bijak dalam memberi. saya pun pergi dari kios nasi goreng dengan meninggalkan senyum di wajah dan sedikit bad mood di hati.. Astagfirullah... :(
Kamis, 21 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar